Beranda Ragam Menampilkan Budaya Maddo’a dan Mappadendang Pada Pesta Panen

Menampilkan Budaya Maddo’a dan Mappadendang Pada Pesta Panen

0

TEROPONGBULUSARAUNG.COM, ENREKANG – Masyarakat desa Tapong menggelar acara pesta panen di Dusun Cilallang, Selasa (16/10/2018).

***

Kegiatan pesta panen yang dihadiri unsure pemkab Enrekang, Kapolsek Maiwa dan ratusan masyarakat desa Tapong, diawali dengan sambutan Kepala Desa Tapong, Saharuna Tjabaruddin.

Menurut Kepala Desa Tapong, kegiatan pesta panen diadakan setiap tahunnya sebagai rasa syukur kepad Allah SWT atas panen hasilbumi, seperti padi, jagung dan tanaman lainnya yang tahun ini cukup baik hasilnya, ini dibuktikan pemerintah kabupaten melalui dinas pertanian memberikan bantuan berupa bibit padi sebanyak 2.600 kg dengan luas lahan 80 Ha kepada masyarakat desa Tapong yang mayoritas bercocok tanam yang ditanam pada musim tanam yang disepakati turun sawah pada bulan November 2018 mendatang.

Untuk menambah kesemarakan, berbagai ragam budaya ditampilkan saat pesta panen ini yakni Maddoa (ayunan) dan Mappadendang yang dilakukan oleh masyarakat desa yang merupakan budaya adat di desa Tapong suatu keharusan ditampilkan oleh karena merupakan tradisi masyarakat desa Tapong dan merupakan suatu budaya yang diyakini membawa kemaslahatan bagi warga desa. Selain itu, untuk tahun berikutnya akan membangun baruga untuk diperuntukkan sebagai rumah pertemuan seperti yangh kita lakukan saat ini, ungkap Saharuna yang disapa puang Cammang.

Kepala Dinas Perhubungan Musakkir mewakili pemkab Enrekang mengapresiasi acara pesta panen yang dilaksanakan setiap tahun oleh pemerintah desa Tapong.

“Kita bangga dengan masyarakat desa Tapong yang melaksanakan acara ini begitu meriah dan salut dengan masyarakat yang setiap mendapat nikmat dari Allah SWT selalu rayakan rasa sykur dengan budaya adat”, Musakkir.

Terkait pesta panen atau pesta rakyat yang identik dengan kebudayaan mappadendang dan maddo’a ini dilakukan setelah panen. Nilai kebudayaan yang ada didalamnya memiliki nilai magis disebut pensucian gabah dalam artian masih terkait dengan barangnya dan terhubung dengan tanah menjadi beras yang nantinya menyatu dengan manusia. Olehnya perlu pensucian agar lebih berkah.

Mappadendang ini merupakan syukuran panen padi dan merupakan adat masyarakat bugis sejak dahulu kala. Dan pada dasarnya Mappadendang berupa bunyi tumbukan alu ke lesung yang silih berganti pada saat menumbuk padi.

Unsur utama dalam acara ini dilakoni 10 perempuan dan berpakaian tradisional yakni baju bod. Lesung berukuran 1,5 meter dan maksimal 3 meter sedanng lebarnya 50 cm yang bentuknya lesung mirip perahu kecil dn berbentuk persegi panjang dan alu atau alat penumbuk yang berukuran setinggi orang, kedua alat inilah yang digunakan dalam mappadendang. Unrtuk jenis budaya yang sampai sekarang selalu menghiasi acara di masyarakat desa maupun acara bersifat peringatan atau perayaan yang berhubungan dengan pemerintah setempat adalah Maddo’a. Kedua jenis budaya adat yang masih dijalankan secara turun temurun selain memiliki nilai kebudayaan dan nilai magis juga mempunyai tujuan yaitu menyatakan rasa syukur kepada Allah SWT, menjalin silaturrahim, hiburan dan ajang temu muda mudi untuk cari pasangan serta memupuk rasa kebersamaan. Demikian diungkapkan sesepuh warga desa Tapong yang berkesempatanhadir pada acara tahunan tersebut. (annas)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini